“Karena jodoh, maka Allah pertemukan. Bukan lebih cepat, tapi lebih tepat.”

Semua bermula dari perkenalan singkat di media sosial. Tak ada rencana, tak ada ekspektasi. Hanya dua orang asing yang saling menyapa. Tapi siapa sangka, dari obrolan ringan itu, tumbuh rasa nyaman yang perlahan berubah menjadi harapan.

Allah kemudian membuka jalan bagi kami untuk bertemu langsung beberapa kali. Bukan kebetulan, bukan juga sekadar pertemuan biasa. Setiap momen terasa seperti isyarat, bahwa kami sedang digerakkan menuju sesuatu yang lebih besar.

Perjalanan ini tidak selalu mudah. Ada ujian, jarak, waktu, dan air mata. Hubungan kami dijalani dari dua kota yang berjauhan lebih dari 1200 kilometer jaraknya Tangerang dan Muara Teweh. Hampir 3 tahun lamanya kami melewati masa-masa LDR yang penuh tantangan. Rindu yang sering menyapa, waktu yang tak selalu berpihak, dan komunikasi yang harus selalu dijaga dengan sabar dan penuh kepercayaan.

Tapi justru di sanalah kami belajar, bahwa cinta bukan tentang segalanya berjalan mulus, tapi tentang kesediaan untuk tetap bertahan dan berjuang bersama. Jarak bukan penghalang, melainkan penguat iman dan keyakinan bahwa Allah memang telah menyiapkan yang terbaik.

Kami memilih untuk saling memantaskan diri. Untuk menjadi pribadi yang lebih baik, bukan hanya untuk satu sama lain, tapi juga untuk menjalani kehidupan dalam bingkai ibadah.

dari cerita perjalanan cinta kami inilah kami percaya,“Bukan karena bertemu lalu berjodoh, tapi karena berjodoh maka bertemu.”

“Kami berharap rumah tangga ini menjadi sakinah, mawaddah, wa rahmah. tempat dua insan saling melengkapi, mendewasa bersama, dan tetap menggenggam tangan dalam suka maupun duka.”